Rohingya, Kasus Kemanusiaan dalam Peradaban

By Futuha Sara - 22.38

Saat ini :
Ribuan etnis Rohingya dan orang Bangladesh diperkirakan telantar di laut dekat pantai Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Sekira 2.000 orang mendarat di pantai ketiga negara tersebut. Namun, Pemerintah Thailand dan Malaysia menolak kedatangan mereka dan melepaskan kembali perahu-perahu mereka ke lautan. Sementara, 6.000 orang lainnya diperkirakan masih telantar di tengah lautan.
pengungsi Rohingya. Sumber : tempo.co

Rohingya? Asing dengan kata "Rohingya"?
Ketika saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke negri Burma, dan sekadar melakukan "trip" kecil - kecilan sepanjang jalan menuju Bogyoge Au San Market, akan jarang sekali dijumpai orang berjilbab dengan mata sipit. Bahkan hampir tidak ada. Sepanjang jalan pun, tidak saya lihat adanya masjid. dan pula di bandaranya.

Berjalanlah saya menuju pedagang sepanjang jalan didekat monumen (saya lupa apa namanya, di daerah Yangon). Terdapat sekelompok pedagang kecil yang menggelar lesehannya di tepi jalan, didekat selokan yang amat sangat kotor. Pedagang - pedagang itu menggunakan sehelai kain penutup berwarna hitam, bajunya juga seadanya, tubuh kurus, dan anak - anak mereka tidak beralas kaki. beberapa waktu setelah saya melihat itu, menujulah saya kesana. Mereka langsung mengucapkan salam "assalamualaikum" dengan wajah yang penuh keriang-gembiraan. senyum ikhlas mereka terpancar jelas. Subhanallah... di negara yang begitu sedikit sekali penduduk muslimnya. Mereka sangat senang melihat kami, merasa kedatangan saudara seiman (mereka tau kami muslim karena kami (saya dan teman saya) menggunakan jilbab). 

Baiklah, Rohingya. 
Seorang sejarawan seperti Khalilur Rahman mengatakan, kata "Rohingya" berasal dari bahasa Arab yaitu "Rahma" yang berarti pengampunan. Sejarawan itu menelusuri pula peristiwa kecelakaan kapal pada abad ke-8, tepatnya pada saat kapal Arab terdampar di Pulau Ramree (perbatasan Burma dan Bangladesh). Pada saat itu, para pedagang keturunan Arab itu terancam hukuman mati oleh Raja Arakan. Mereka memberontak dan berteriak "Rahma." Penduduk Arakan kesulitan untuk menyebut Kata "Rahma" mereka justru menyebut "Raham" (kasihanilah kami) dari "Raham" kata itu berubah menjadi "Rohang" dan akhirnya menjadi "Rohingya."


Sementara itu sejarahwan asal Myanmar, Khin Maung Saw menjelaskan, warga Rohingya tidak pernah muncul dalam sejarah Myanmar, sebelum tahun 1950. Sejarahwan Myanmar lainnya juga yakin, tidak ada kata "Rohingya" dalam sensus penduduk 1824, yang dilakukan oleh Inggris.
 
Klaim baru pun muncul dari Universitas Kanda yang menyebutkan bahwa warga Rohingya merupakan keturunan dari bangsa Benggala yang bermigrasi ke Burma pada dekade 1950an. Mereka melarikan diri di era kolonialisme. 
 
Bersamaan dengan itu, Dr. Jacques P mengatakan bahwa penggunaan kata "Rooinga" sudah ada pada abad ke-18, dan kata itu dipublikasikan oleh seorang warga Inggris. 
 
Menurut sejarah, peradaban Muslim di Arakan sudah ada pada abad ke-8, tepatnya di saat pedagang Arab tiba di Asia. Mereka bermukim di Kota Mrauk-U dan Kyauktaw, wilayah itu saat ini dipenuhi oleh etnis Rohingya.
 
Tepat pada 1785, Burma menguasai Arakan dan sekira 35 ribu warga Arakan kabur ke wilayah Chittagong yang dikuasai Inggris. Mereka menyelamatkan diri dari penindasan Burma dan meminta perlindungan tehradap Inggris.
 
Di bawah perlindungan Inggris, warga Arakan diminta untuk membantu Inggris dalam bidang pertanian. Mereka diminta untuk bermigrasi ke sebuah lembah di Arakan dan bercocok tanam. Perusahaan Hindia Timur Britania meluaskan kontrol administrasi Benggala di Arakan. (okezone.com)

Jadi, secara garis besar, kaum Rohingya merupakan kelompok muslim minoritas yang berada di negara dengn penduduk mayoritas Buddhis (Myanmar). Kebanyakan dari mereka tinggal di wilayah barat negara bagian Rahkhine yang berdekatan dengan Bangladesh.

Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa etnis Rohingya merupakan kelompok minoritas yang paling dianiaya dan tidak memiliki status kewarganegaraan.

Masalah yang dihadapi etnis Rohingya adalah sulitnya akses fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, dan tidak dapat beribadah dengan bebas. Kaum Rohingya tidak diakui oleh pemerintah Myanmar sebagai kelompok etnis resmi. Pemerintah Myanmar juga menolak kependudukan mereka. Sejak beberapa tahun terakhir, banyak kaum Rohingya yang diserang dan dikucilkan di hutan - hutan dekat ibukota negara bagian Rakhine. disana mereka hidup menyedihkan dan tidak mendapat kesempatan kerja yang layak. Maka dari itu, mereka memiliki keinginan untuk melarikan diri dari "cengkraman menyedihkan" dan pindah ke negara lain dengan harapan dapat hidup layak. Negara tujuan mereka adalah negara - negara dengan mayoritas penduduk muslim. seperti yang dilansir pada tempo news (http://www.tempo.co/read/news/2015/05/15/118666416/Ditolak-Sana-Sini-Pengungsi-Rohingya-Minum-Urine-untuk-Hidup) kasus kaum minoritas Rohingya saat ini adalah mereka yang ingin melarikan diri dari negara asalnya dengan menggunakan kapal - kapal menuju negara seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia mengalami penolakan dari negara - negara sekitar. mereka mengalami kelaparan, kesakitan, banyak diataranya ditemukan meninggal dunia dan dibuang ke laut lepas.

Kasus - kasus kemanusiaan dimuka bumi ini begitu banyak. Dari yang dulu misalnya politik apartheid, pengungsi suriah, kasus kejahatan genosida pada perang Bosnia, dan masih banyak lagi. Fenomena ini mengingatkan kita kembali bahwa diluar sana banyak sekali saudara kita yang jauh kurang beruntung jika dibandingkan dengan kita. Kasus kemanusiaan Rohingya menurut saya tidak lepas dari ideologi maupun politik di negara asal. namun saya tidak akan menyinggung lebih mengenai hal ini karena keilmuan saya belum cukup untuk mengarah kesana.

Saya hanya membayangkan satu hal : kaitan kaum Rohingya jika bermigrasi ke Indonesia dengan bonus demografi yang diprediksi akan terjadi lima tahun mendatang dan pengaruhnya terhadap pasar bebas maupun MEA / AEC (Masyarakat Ekonomi ASEAN).

Selamat Malam.
Menulis sambil mendengarkan suara kucing "bertarung" diatas genting kos. Setelah "Packing" untuk kegiatan Kuliah Kerja Lapangan 1 besok pagi sampai dengan 4 hari kedepan.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments