#Ceritacerita: Jalan-Jalan ke Blitar Part 1

By Futuha Sara - 21.11


Jank jankk!! Voila, akhirnya menulis juga.

---

Kamis siang ketika saya masih ngasisten lab, saya memutuskan untuk menelpon Mba Uyun. Awalnya saya kira dia sedang di Jepang. Eh, ternyata di Indonesia. Ya sudah, alhamdulillah, ngobrolnya at least gak jauh wkwk. Saya punya kebiasaan #TelponBerfaeda dengan beberapa orang, salah satunya Mba Uyun, sudah semenjak 2013 seperti itu. Hehe. Nah, karena Mba Uyun di Indo, saya secara spontan nyletuk: Eh, besok kan libur tuh Mba aku di Sanata Dharma, di UGM gak ada kegiatan juga. Aku ke Blitar ya!

Spontan! Tanpa ada rencana yang matang. Kamis menentukan keputusan dan akhinya Mba Uyun langsung mencarikan tiket kereta api Jogja-Blitar. Kebetulan masih ada, dan kebetulan lagi-promo! Kurang apa coba skenario Tuhan tu, ya kan... hehe.

Kereta berangkat tanggal 17 Agustus 2018 pukul 02.50 WIB, saya bangun pukul 01.30 an sih, kemas-kemas, cuma bawa 3 baju (rencana emang cuma 3 hari), laptop, dan buku skripsi. Udah itu aja. Nah untungnya ada mamang ojek online yang available dan tepat waktu. Akhirnya....

Berangkatlah Futty ke Blitar, sendirian (udah biasa ._.).

Nah, di kereta, kebetulan duduk bareng Ibu-Ibu dan putrinya yang mau jenguk salah satu anaknya di Kediri, lagi mondok. Kami tidak mengobrol banyak soalnya memang malam kan ya, jadi gak terlalu intens. Pukul 4an pagi gitu... Salah seorang penumpangkereta tujuan Kediri (juga), Ibu muda... di samping kursi saya yang kebetulan membawa anak kewalahan. Jadi si Ibu ini membawa bayinya (usianya kitaran belum nyampe 1 tahun sih), nah dia ditemani seorang laki-laki, entah suaminya entah bukan, gak tau. Intinya bayinya nangis terus.

Berhubung kalau sudah pagi Futuha gak bisa tidur, alhasil utek-utek laptop dong, ada deadline kerjaan. Terus karena si adek nangis gak berenti, beberapa penumpang mengeluh. Si Ibu udah kelihatan panik banget, dan kebetulan si laki-laki yang sama si Ibu itu pake headset, tidur, jadi gak ngdenger mungkin. Bayinya ini laki-laki, masih nenen. Belum makan MP-ASI. Nah pas si Ibu ngegendong-gendong, kan gak enak ya kalo Futty sok cuek dengan leptop ._. akhirnya main ciluk ba-an sama si adek, nah disitu adeknya udah tenang. Ndilalah malah minta digendong ._. ya gapapa sih, adeknya mungkin suka sama saya. HAHA. kepedean.

Alhasil, dari pukul 4 sampe pukul 6 (2 jam men!) Futuha ngegendong bayi di kereta. Bukan bayinya sendiri ya.

Untungnya, saya selalu bawa kain koneng (saya nyebutnya koneng-koneng) yang dikasih temen saya, Aditya dari 2015an lalu, nah kain itu selalu saya bawa ke mana-mana, ngajar, ke luar kota, riset, acara-acara nananina, KKN, dsb dsb. Kenapa? karena kainnya ringan dan anget. Jadi bisa berubah menjadi slimut dan kerudung (jank jank!). Selain itu, dia gak makan tempat. Jadi bisa diselip-selipin. Gak bawa tas banyak. wkwk.

Si adek main-main di pangkuan sambil saya lilitin kain, takut jatoh. Ya maklum, masih belum berpengalaman sama bayi kecil. Untung si Ibu percaya sama saya, jadi si Ibu bisa istirahat. Pukul 7, si adek dan Ibunya sampai Kediri. Huhu!

Kereta sampai di Stasiun Blitar pukul 8.37. sebelum kereta berhenti, sambil nyetel lagu legend saya ketika naik kereta (re: Selamanya by Acel Runkat, sudah diputar setiap naik kereta dari 2012). Saya melihat tulisan "Blitar" di stasiun. Ini adalah kali pertama seumur hidup saya menapaki kaki ke Blitar, yang konon katanya penuh sejarah dan ke-khas.an

Oya, sebelum sampai ke Blitar saya melihat pemandangan di sekitar melalui jendela kereta. Hamparan sawah, ladang tebu, dan gunung kecil-kecil. Misty. Tapi berkesan. Hehe.

Suara kereta berbunyi. Handphone saya bergetar, ada pesan masuk: Sudah ditunggu di pintu keluar stasiun. Saya berjalan pelan, sambil senyum-senyum melihat tempat baru. Aroma khas Roti-O stasiun sudah tercium. Tepat di depan pintu keluar, ada tangan yang melambai: Mba Uyun, dia sudah ada di situ sejak pukul 8.15.

Berpeluk, senang sekali rasanya karena terakhir kami bertemu adalah tahun 2015, ketika Mba Uyun ke Jogja.

----
Saya awalnya mengira Mba Uyun akan membawa kendaraan sendiri, ternyata Mba Uyun bela-belain datang dari Wlingi ke Blitar dengan angkot. Alhasil kami memutuskan untuk jalan-jalan dulu di sekitar Kota Blitar mengingat sorenya kami dijemput ayah dan ibu Mba Uyun untuk ke Wlingi.

Di Blitar ada transportasi umum yang muat untuk 2-3 orang. Bentuknya seperti bajaj, tapi lebih mini dan lebih modern karena ada kargonya. Angkotannya berwarna kuning. Ada di sekitar stasiun, untuk tarifnya per kilometer adalah Rp.6000; Cukup menjadi solusi alternatif transportasi.

Kami berfoto bersama pada saat di dalam kendaraan. ini fotonya:
Foto bareng setelah 3 tahun gak ketemu yeeey, Futuha buluq


Tujuan pertama kami pada hari itu adalah:
1. Makam Bung Karno, Blitar,
2. De Classe Coffee and Gelato, Blitar.

Bertepatan dengan 17 Agustus 2018, cerita akan saya lanjutkan di Part 2. See!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments