#TumblerCampaign
#ReusableTumblerCampaign
: Langkah Sederhana Penyelamatan Lingkungan dan Perubahan Iklim
Kebutuhan air minum tentu tidak bisa lepas dari
kehidupan, utamanya manusia. Manusia cenderung untuk meminum air rata – rata
sebanyak 8 gelas per hari atau 1,6 liter untuk menunjang aktivitasnya, sementara
itu, aktivitas manusia di era modern yang serba padat dan memerlukan mobilitas
yang tinggi tentu memerlukan efisiensi terhadap pemenuhan kebutuhannya. Salah
satu cara yang digunakan dalam pemenuhan kebutuhan air minum adalah dengan
menggunakan produk air minum dalam kemasan (AMDK). Hal tersebut dimungkinkan
karena AMDK dinilai efisien, murah (jika dibandingkan dengan minuman kemasan
seperti coc* co*a, Spr*te dan lain – lain), dan mudah didapat. Namun,
permasalahan lain yang timbul adalah, botol plastik AMDK semakin menumpuk
seiring dengan berjalannya waktu, plastic yang merupakan polimer sulit terurai
akhirnya mencemari lingkungan dan menjadi salah satu penyebab adanya perubahan
iklim. Saat membuat AMDK, biaya terbesar yang dikeluarkan adalah untuk pembuatan
botol plastic, di lain sisi, beberapa produk AMDK ternyata juga menjadi
penyebab masalah kesehatan, AMDK yang berbau atau berasa seperti air kelapa,
menurut penelitian yang dilakukan oleh Sentra Teknologi Polimer, Badan
Pengkajian dan Penerapan Energi (BPPT), plastic yang didaur ulang dapat
menghasilkan zat kimia, salah satunya adalah asetildehida yang memiliki bau dan
rasa menyerupai buah. Dampak yang diakibatkan oleh adanya asetildehida yang
masuk kedalam tubuh melalui AMDK adalah terjadinya iritasi pada kulit, mata,
selaput lendir, tenggorokan, dan saluran pernafasan.
Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat
diambil suatu benang merah bahwa harus ada pengurangan penggunaan botol plastic
dalam AMDK, beberapa alasan yang memperkuat argument diatas, menurut National
Geographic antara lain :
1. Minyak untuk Air
Kebanyakan botol plastik terbuat dari plastik polietilena tereftalat
(PET), yang diproduksi dari minyak mentah. Tidak hanya ekstraksi minyak bumi
yang mengeluarkan emisi gas rumah kaca dan merusak habitat, namun produksi
plastik juga membuang racun ke dalam lingkungan. Setelah ekstraksi, minyak
dibawa ke kilang seperti ini di Köln, instalasi penyulingan minyak terbesar di
Jerman.
2. Alternatif Bebas
Minyak
Botol juga bisa dibuat dari plastik organik, yang diproduksi dari materi
nabati seperti jagung atau tebu dan bukan minyak bumi. Plastik organik dapat
terbiodegradasi dan dibuang ke kompos setelah dipakai, tapi ini bukan berarti
bioplastik ramah lingkungan. Produksi bioplastik perlu sumber daya alam yang
besar seperti air, dan lahan pertanian yang bisa digunakan untuk menanam
tumbuhan pangan.
3. Transportasi dan
Iklim
Transportasi
botol air minum juga butuh banyak sumber daya - lebih dari seliter BBM per
botol, untuk sejumlah kasus. Institut Kebijakan Bumi memperkirakan satu dari
empat botol air minum setidaknya melewati satu perbatasan negara dengan kapal,
kereta atau truk sebelum dikonsumsi. Segala pengiriman mengeluarkan
karbondioksida yang menyebabkan perubahan iklim.
Berfokus pada
poin ke tiga, adanya sampah – sampah yang ditimbulkan oleh penggunaan AMDK
tidak lepas pengaruhnya dengan perubahan iklim, sampah – sampah tersebut akan
sulit terurai, apabila dilakukan daur ulang, hal tersebut tidak akan menutupi
jumlah kebutuhan botol plastic untuk pengemasan AMDK yang baru, sehingga untuk
penyelamatan lingkungan dan perubahan iklim, diperlukan suatu penanganan.
Salah satu upaya penanganan
melalui mitigasi terhadap perubahan iklim dengan langkah kecil yang sederhana
adalah menggunakan botol tumbler atau botol yang dapat digunakan secara berkala
untuk diisi ulang. Peraturan mengenai penggunaan tumbler sudah dilakukan di
beberapa Negara maju di Amerika, seperti San Francisco. Jenis mitigasi ini
merupakan salah satu jenis mitigasi non-struktural, yakni dengan memberlakukan
peraturan mengenai penggunaan tumbler uuntuk meminimalisir sampah dari botol
plastic produk AMDK.
Desain Mitigasi : Menggalakkan tema
#ReusableTumblerCampaign kepada seluruh komponen masyarakat Indonesia, dimulai
dari masyarakat yang tinggal di perkotaan khususnya mahasiswa di kampus.
#ReusableTumblerCampaign merupakan suatu konsepsi bahwa harus ada kampanye yang
memaparkan dampak penggunaan AMDK dan mengajak seluruh komponen masyarakat
untuk beralih menggunakan tumbler serta melakukan pengisian ulang air minum.
Dari segi pemerintah, pemerintah utamanya Kementerian Pekerjaan Umum harus
membuat portal air minum di beberapa titik lokasi. Pemilihan titik lokasi dapat
didasarkan pada tingginya intensitas kegiatan manusia di lokasi tersebut atau
aksesibilitas yang juga mudah untuk dijangkau.
Indikator Pencapaian : Pencapaian program
#ReusableTumblerCampaign dapat terlaksana apabila seluruh sector berjalan
beriringan, sector – sector yang akan dijelaskan pada bagan dibawah ini merupakan
suatu siklus berkelanjutan dari upaya desain mitigasi non structural yang
melibatkan beberapa pihak seperti masyarakat, stakeholder, dan pemerintah. Pada
dasarnya indicator pencapaian dari desain tersebut terlihat sederhana, namun
konsepsi masyarakat tentang penggunaan AMDK dan tumbler secara umum masih
memerlukan penjabaran. Beberapa indicator
pencapaian keberhasilan program diantaranya
- Terdapat kesadaran masyarakat akan pentingnya pemakaian tumbler dan meminimalisir penggunaan AMDK.
- Pemerintah memberlakukan aturan non-penggunaan plastic untuk mengemas produk makanan atau minuman kurang dari 0,21 ons berat pembungkus.
- Dibagun portal pengisian airminum dan pada pelaksanaannya, portal dijaga kebersihan serta keberlangsungannya.
- Sampah plastic akibat produk AMDK dapat berkurang >50% total jumlah sampah plastic.
AYO! Bergabung bersama #ReusableTumblerCampaign . Langkah kecil kita sejuta arti untuk anak cucu nantinya :)