Suatu ketika, saya pernah sekadar jalan - jalan mengunjungi mirota kampus, bukan sekadar sih. lebih tepatnya "melihat". sambil membeli kebutuhan sembako bulanan untuk keperluan "perut" di tempat kost. memang sengaja saya sendrian kesana dengan sepeda merah saya. pada saat di pintu masuk, saya menjumpai ibu dengan anak - anak yang kira - kira usianya 5 tahun... kalau saya tidak salah menebak, kurang lebihnya ya segitu. hehe.
ibu itu terlihat sudah selesai berbelanja entah apa. dan si anak menunggu didepan pintu sambil memainkan gadgetnya. saya pikir, biasa saja seorang anak sambil menunggu bermain gadget. akhirnya saya melanjutkan mengitari swalayan itu.
saya mulai memperhatikan keadaan sekitar ketika saya naik ke lantai 3 (niatnya nyari alat tulis). mainan tersebar dimana - mana dengan harga yang bisa saya katakan "wow". bayangkan dengan mainan zaman saya kecil di daerah tempat tinggal saya. jangankan mainan yang harganya mahal. bahkan barbie "abal - abal" yang harganya dulu hanya Rp.3.000; pun dibuat rebutan! tapi setidaknya dapat dimankan bersama.
dulu, ketika saya masih kecil. yaa sekitar 12 tahun yang lalu, bermain bersama teman - teman adalah rutinitas paling menyenangkan. main masak - masakan dengan menggunakn tanah liat yang dibentuk sesuai dengan keinginan, main "bekel" secara bergiliran, main air dan membuat sampan kecil dari tangkai daun pisang ketika banjir datang, membuat pistol - pistolan dari bambu muda yang dihaluskan, dan masih banyak sekali kenangan masa kecil yang begitu indah.
namun sekarang ini yang saya rasakan pada anak zaman sekarang adalah... tawa mereka seolah mereka rasakan sendiri, gadget - gadget dan mainan canggih yang dibelikan oleh orang tua seolah menjadi bahan tawa namun tawa itu tak dibagi. sendirian, menghadap PS dirumah dan sibuk dengan dunianya sendiri. hmm... era globalisasi memang sudah melanda. mungkin para orang tua sudah takut membiarkan anak mereka bermain pasir atau tanah, takut kotor... atau mungkin permainan tradisional yang begitu hangat juga sudah lupa untuk di ceritakan serta diterapkan dari orang tua kepada anak lantaran padatnya kesibukan. batu diluar rumah pun seolah menjadi barang yang najis sehingga untuk bermain dakon pun anak - anak dibelikan mainan dakon buatan pabrik dari bahan polyester.
padahal, masa kanak - kanak adalah masa pengembangan diri dan kepribadian. lantas, yang terjadi sekrang ini, apakah generasi kedepan nantinya akan acuh terhadap orang lain? individualis? entahlah. hanya waktu yang bisa menjawab.
yang saya ceritakan tadi bukanlah keseluruhan dialami oleh anak - anak. masih banyak diantara anak - anak jaman sekarang yang bermain permainan tradisional. seperti yang saya lihat kemarin seusai membarengi anak - anak melantunkan ayat Qur'an dan menafsirkan surat pendek. mereka dengan asiknya bermain "gobak sodor" seusai mengaji. sembari menunggu adzan maghrib, mereka bermain dengan riangnya. tawa mereka begitu tulus. ketulusan yang terpancar di raut wajah mereka. walaupun tak jarang satu dua yang bertengkar menganggap ada yang curang. namun, tetap saja, mereka mau dan mampu berkomunikasi, berbagi, leluasa dengan alam dan kesatuannya! Tertawalah, Nak... Bagikan kegembiraan pada sesama!