#CantikBerkelanjutan: Beauty and Wellness towards Sustainability

By Futuha Sara - 13.36

Istilah “cantik” hampir selalu dikaitkan dengan keindahan kaum wanita. Meskipun jika ditanya tentang definisi kecantikan jawabannya bisa beranekaragam, namun kecantikan menjadi hal yang lumrah diidamkan oleh setiap wanita. Sigma Research[1] (dikutip dari halodoc.com) menyebutkan bahwa terdapat tiga kategori penilaian untuk definisi kecantikan. Diantaranya adalah Brain, Beauty, Behaviour. Brain merupakan penilaian berdasarkan kemampuan intelektual, Beauty lebih ditekankan ke aspek fisik, sementara itu Behaviour lebih mengarah pada penilaian karakter dan perilaku. Meskipun 3 aspek tersebut memainkan peranan penting dalam penilaian kecantikan, aspek “beauty” yang lebih mudah untuk dilihat melalui panca indera, memerankan porsi yang besar dalam menentukan standar kecantikan.

Maka tidak heran jika produk yang menawarkan perawatan tubuh dan kecantikan menjadi kian marak di pasaran. Mulai dari perawatan rambut, wajah, hingga seluruh tubuh. Jenis produknya pun beranekaragam, namun yang sedang “happening” saat ini hingga hampir setiap wanita “aware” terhadapnya adalah skincare, terutama perawatan wajah; dimana banyak sekali produk yang bisa digunakan step-by-step untuk menghasilkan kulit glowing sesuai yang diinginkan. Namun demikian, bukan berarti perawatan tubuh dan rambut dapat dikesampingkan; berbagai macam jenis shampoo, body scrub, body butter, body lotion, aneka sabun, perfumery, dan lain sebagainya …. Terlihat sangat menggiurkan untuk digunakan.

Namun, pernahkah kita berfikir tentang darimana asal muasal semua produk itu?

Adalah Chain of Custody atau rantai ketertelurusan. Konsep sederhananya adalah menelusur sebuah produk dari sumber paling hulu barang produksi tersebut[2].

Sebagian besar produk kecantikan menggunakan komponen bahan baku utama minyak, surfaktan, dan emulsifier. Namun disini, minyak menjadi komponen bahan baku yang disoroti. Mengapa demikian?

Komponen minyak yang digunakan dalam produk kecantikan umumnya terbagi menjadi 3, yakni minyak nabati, minyak mineral, dan minyak sintesis. Minyak mineral saat ini tidak banyak digunakan karena beberapa kandungannya sukar terurai dan dapat membahayakan tubuh, sehingga industri kosmetik banyak menggunakan minyak nabati karena selain mudah didapatkan, minyak nabati juga bebas dari senyawa hidrokarbon polisiklik dan dinilai aman bagi kesehatan.

produk parfum, coba cek apakah terdapat kandungan minyak nabatinya?

deodorant, mengandung produk turunan sawit

hampir semua jenis sabun yang diproduksi oleh industri FMCG menggunakan produk dari sawit

lotion pun demikian hihi

Sumber minyak nabati di dunia sangat beranekaragam. Di dunia, terdapat 277 juta hektar lahan untuk produksi minyak nabati. 4 terbesar minyak nabati yang diproduksi diantaranya adalah dari komoditas kedelai (122 juta ha – 45,8 juta ton minyak); rapeseed (36 juta ha – 25,8 juta ton minyak); bunga matahari (25 juta ha – 15,9 juta ton minyak); dan kelapa sawit (16 juta ha – 65 juta ton minyak).[3]


berbagai jenis minyak nabati


Berdasarkan data di atas, kelapa sawit menjadi komoditas yang sangat menggiurkan karena menghasilkan minyak nabati paling banyak sekaligus menghasilkan produk turunan yang merupakan bahan baku hampir di semua lini produksi (makanan, kosmetik, industri). Namun demikian, industri rantai pasok sawit juga disoroti keberlanjutannya. Beberapa faktor dibalik seruan minyak sawit berkelanjutan adalah: deforestasi, gambut (peat), dan HAM. Deforestasi berkaitan erat dengan keanekaragaman hayati dan perubahan iklim; gambut berkaitan dengan subsidence, hidrologi, dan emisi; sementara HAM berkaitan erat dengan tenurial dan tenaga kerja.

concern sawit berkelanjutan di aspek lingkungan dan HAM


Hal ini menyebabkan adanya “market awareness” terhadap produk yang mengandung minyak kelapa sawit. Beberapa negara mengecam produk kelapa sawit yang tidak berkelanjutan, bahkan resistensi pasar juga mengeluarkan boycott palm oil karena komoditas sawit dianggap tidak ramah lingkungan dan menjadi faktor penyumbang deforestasi terbesar di dunia.

Contoh aksi boycott palm oil (sumber: https://greenhillcoffeeroasters.co.uk/ )

Beberapa cara ditempuh agar menemukan jalan tengah antara komoditas ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Salah satunya adalah sistem sertifikasi sawit berkelanjutan. Pelaku industri besar dunia telah berkomitmen dalam pengurangan rantai pasok sawit yang tidak berkelanjutan. Di lain sisi, kesadaran masyarakat mengenai produk ramah lingkungan semakin meningkat. Salah satunya di bidang industri kosmetik/kecantikan.

Saat ini banyak sekali produk kosmetik/body care yang menyuarakan bahan baku alami yang berkelanjutan. Mereka menggunakan bahan-bahan alami seperti minyak kelapa, minyak zaitun, oryza sativa/beras, zea mays/jagung, canolla oil, dan lain sebagainya untuk meminimalisir penggunaan produk turunan kelapa sawit baik stearin maupun olein.

Produk-produk tersebut sudah banyak ditemukan di pasaran. Namun karena sumber bahan baku alami dan pengolahan yang tidak mudah – tidak semudah industri skala besar – harga produk-produk ramah lingkungan ini cenderung tinggi dan tidak dapat dijangkau oleh semua elemen masyarakat. Terutama masyarakat menengah ke bawah. Sehingga tidak dipungkiri bahwa penggunaan minyak sawit masih sangat tinggi (ditambah lagi dengan harga produk yang lebih ekonomis).

Oleh karena itu, menjadi cantik berkelanjutan yang ramah lingkungan, selain dilakukan dengan menggunakan produk kosmetik yang berkelanjutan, dapat juga dilakukan dengan beberapa alternatif.



3 komponen #CantikBerkelanjutan dapat ditempuh dengan cara #RawatKulit, #RawatRaga, #RawatPikiran.


#RawatKulit

#RawatKulit yang dimaksudkan disini adalah merawat bagian terluar dari tubuh kita, baik kulit wajah, kulit badan, maupun rambut. Saat ini banyak sekali produk yang memberikan penawaran perawatan untuk kulit tubuh. Hal yang perlu diketahui sebelum memilih produk yang akan kita gunakan untuk #CantikBerkelanjutan adalah:

cermati bahan baku yang digunakan. Biasanya, kandungan bahan baku yang digunakan tertera berurutan dari kandungan terbesar ke yang terkecil di komposisi produk. Pastikan bahwa pemilihan produk itu tidak melanggar prinsip yang kita anut (misalkan menghindari paraben, SLS, atau semacamnya). Di lain sisi, kita juga harus cermat dalam memilih produk yang sesuai. Kita juga bisa menerapkan clean beauty (penggunaan bahan bahan bersih – tidak beracun).

apabila secara ekonomi mampu untuk menggunakan produk olahan alami yang tersedia di pasar, that’s good! Namun apabila hendak menggunakan bahan alami dari komoditas lokal yang diolah secara mandiri (DIY), juga akan sangat bermanfaat!

Beberapa bahan/komoditas lokal yang dapat kita peroleh dan manfaatkan dengan mudah untuk perawatan wajah dan tubuh adalah:

  • Madu

    Madu dapat digunakan secara langsung sebagai masker wajah. Senyawa humektan dalam madu dipercaya dapat merawat kulit wajah secara alami. Penggunaan madu juga dapat dicampurkan dengan gula. Fungsinya adalah sebagai eksfoliasi alami untuk mengangkat sel-sel kulit mati.


madu dan gula (sc: dokumentasi pribadi)

        

  • Gula
    Gula dikenal sebagai bahan yang dapat digunakan untuk scrub, baik badan, bibir, maupun wajah. Umumnya, gula tidak digunakan secara tunggal. Namun dicampur dengan bahan yang lain. Misalnya sugar wax untuk membersihkan bulu di beberapa bagian tubuh.

  • Kopi
    Kandungan kafein dalam kopi juga dipercaya bermanfaat untuk kesehatan kulit wajah/tubuh. Ampas kopi dapat dimanfaatkan sebagai masker wajah dan juga masker tubuh. Kita dapat menggunakan aloe vera gel atau susu sebagai bahan campurannya.
ampas kopi bandung (sc: dokumentasi pribadi)


·   

  • Susu
    Susu dikenal sejak dahulu kala sebagai salah satu produk yang bermanfaat bagi tubuh dan kecantikan. Penggunaan masker susu maupun lulur susu dipercaya dapat mencerahkan kulit dan menjaga kekenyalan kulit.

  • Pisang
    Kandungan vitamin kompleks dalam pisang dipercaya dapat membantu mencegah penuaan dini dan juga mencerahkan kulit[4]. Cara pakainya cukup mudah, yaitu dengan cara menghancurkan pisang yang sudah matang, kemudian mencampurnya dengan madu/susu kemudian mengoleskannya ke wajah sebagai masker atau ke tubuh sebagai lulur, lalu didiamkan 15-20 menit sebelum dibilas.

·  

Pisang Borangan Sumatera Utara (sc: dokumentasi pribadi)
  • Putih Telur
    Saat memasak, biasanya tersisa putih telur yang tidak lagi digunakan. Putih telur dapat dioleskan ke wajah atau di bagian hidung untuk membantu membersihkan komedo dan mengencangkan kulit[5].

Tidak hanya wajah dan kulit tubuh, rambut pun perlu perawatan. Biasanya yang menjadi masalah adalah rambut kering, rambut rontok, dan ketombe. Terdapat beberapa life-hack untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah mengoleskan minyak zaitun/minyak kemiri satu jam sebelum keramas atau semalaman sebelum keramas keesokan harinya.

Begitu pula dengan beberapa bagian tubuh wanita yang memerlukan perawatan khusus—seperti ketiak dan Ms V. meskipun tidak terlihat, bagian ini justru rawan dilupakan perawatannya. Kita dapat membersihkan dua area tersebut secara rutin. Untuk ketiak, cabut/cukur/waxing lah bulu ketiak secara rutin, dan gunakan deodorant (alami: mineral magnesium kompleks). Dan untuk Ms V, kita bisa merawatnya dan meminimalisir penggelapan bagian tersebut dengan mengelap/mengeringkannya setelah buang air. penggunaan tissue disini juga dapat diminimalisir dengan menggantinya ke handuk khusus area V. selain itu, penggunaan godogan daun sirih untuk membersihkan area V juga dapat membantu mengurangi masalah Ms V.

intinya, merawat kulit dan tubuh juga tidak dapat dipisahkan dengan menjaga kebersihan! :)


#RawatRaga

Cantik permukaan saja katanya tidak cukup. Tubuh juga perlu dinutrisi dari dalam. Makanan yang kita makan dan olah tubuh menjadi dua hal krusial.

Pernah mendengar Clean Eating?  Beberapa jurnal dan penelitian mengungkapkan salah satu metode diet dan menjaga kesehatan yakni dengan Clean Eating. Eits, diet disini bukan berarti menguruskan tubuh saja ya! Tapi mulai mengonsumsi makanan yang proses pengolaannya tidak panjang, serta bahan yang digunakan adalah bahan baku segar komoditas lokal.

Clean Eating dapat dilakukan dengan memasak masakan sederhana seperti sayur, lauk, dan aneka buah. Biasanya menggunakan sambal sebagai dressing. Selain ramah di tubuh dan mudah didapatkan, kebiasaan Clean Eating juga dapat mendorong pengembangan ekonomi lokal, karena bahan baku yang digunakan umumnya bersumber dari sekitar tempat kita sendiri dan dihasilkan oleh petani lokal serta juga tersedia di berbagai marketplace seperti supermarket, pasar tradisional, hingga pedagang sayur keliling, sehingga dapat mendukung perputaran ekonomi lokal. Contoh bahan baku clean eating adalah: kangkung, bayam, sawi, tempe, tahu, telur, daging, ikan, buah-buahan lokal (pisang, papaya, jeruk nipis dll) dan lain-lain yang diproses secara sederhana.

jeruk nipis peras hangat, bersumber dari petani lokal (Sc: dokumentasi pribadi)

contoh lauk untuk clean eating: teri, kubis ungu, sambal. for more menus kindly check: instagram.com/dapurfutty (sc: dokumentasi pribadi)

Halodoc menyebutkan ada 4 alasan utama clean eating perlu dilakukan, diantaranya: meningkatkan energi, meningkatkan kesehatan kardiovaskular, mencegah kanker, dan meningkatkan kesehatan mental.[6]

Selain memperhatikan asupan gizi dan nutrisi pada tubuh, kita juga perlu melakukan olahraga. Saat ini olahraga dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Banyak juga tersedia kelas online untuk yoga, senam dan lain sebagainya. Namun apabila secara finansial ingin lebih ekonomis (re: gratis), dapat memanfaatkan sumber dari youtube untuk senam atau panduan olahraga di rumah selama pandemic.


olahraga untuk menjaga kesehatan dan kecantikan (sc: dokumentasi pribadi)


#RawatPikiran


membaca buku & berdiskusi (sc: dokumentasi pribadi)
 
#kembalikealam (sc:dokumentasi pribadi)


Dari luar sudah bersih, badan juga sehat dan terjaga nutrisinya, eits! Jangan ketinggalan menutrisi pikiran dan perasaan. Membaca buku dan berita, mengikuti perkembangan isu terkini, berdiskusi, dan berdialog dapat membantu kita meningkatkan wawasan agar lebih luas.

Apabila wawasan lebih luas, tentu kita bisa meminimalisir pikiran-pikiran negative yang muncul dan bisa fokus untuk berproses atau mengembangkan diri. Banyak yang mengatakan bahwa yang didalam akan memancarkan keluar (re: inner beauty), oleh karena itu, perlu bagi kita untuk senantiasa membuka diri terhadap ilmu pengetahuan dan juga tidak berhenti untuk terus belajar. Belajar dari apapun dan dari manapun, baik muda maupun tua. Karena toh tidak ada Batasan usia untuk belajar, bukan?

 -------

Jadi, sudah siap untuk #CantikBerkelanjutan? 

Cantik tidak hanya secara harfiah, namun juga secara esensial pemaknaan.

Cantik yang berkelanjutan berarti cantik secara cerdas berkesadaran: cerdas dalam memilih produk kecantikan --- tau bahan baku yang digunakan dan yang dipilih serta dampak yang ditimbulkan, cerdas dalam merawat diri----lingkungan terjaga, serta cerdas dalam mengelola pikiran. Ibarat kata, Brain, Beauty, Behaviour dalam satu paket!

Yang perlu kita ingat adalah: pilihan diluar sana terkait trend dan produk kecantikan sangatlah banyak. Dan tergantung mau pilih yang mana? Namun apapun yang kita pilih, semoga pilihan itu baik untuk diri sendiri, bermanfaat bagi orang lain, dan juga lingkungan sekitar.

Mari menjadi cantik dan sekaligus melestari!

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/qnw6p2slxxQ” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

#LestarikanCantikmu

#LTKLxMadanixBPN

#BlogCompetitionSeries

#Temenanlagi


[1] https://www.halodoc.com/kesehatan/kecantikan

[2] Yudiarto, Mim. 2017. Kebijakan NDPE: membangun kurikulum hingga implementasi di lapangan. Bogor: IPB Press

[6] https://www.halodoc.com/artikel/ini-4-alasan-clean-eating-baik-dilakukan 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments